Advertisemen Sekilas tentang Burdah Imam Al-Bushiri Kata Burdah sebenarnya memiliki arti mantel dari wol yang dapat dipakai sebagai jubah pada waktu siang dan selimut di malam hari. Burdah adalah kumpulan puisi yag ditulis oleh seorang Ulama sekaligus penyair sufi bernama Imam Al Bushiri, yang nama lengkapnya adalah Syarofuddin Abu Abdillah Muhammad bin Sa’id Al Bushiri.
Qaseedah Burdah Shareef Imam Muhammad Sharf ud Deen Busiri by Razavi. Feb 19, 2018 - Maulaya Sholli Wasallim - Sholawat Burdah - Langitan - Syamsuddin Arju Rahmah. Syair Burdah - Ust Abdul Somad Lc, MA - ITS Surabaya.
Lahir di mesir pada tahun 1213H/608M dan wafat tahun 1297H/698M. Al Bushiri menulis kumpulan puisi ini setelah berjumpa dengan Rasulullah SAW dalam mimpinya ketika ia mengalami kelumpuhan. Dalam mimpinya, Rasulullah SAW memberikan mantel atau burdah miliknya kepada Imam Al-Bushiri.
Ia pun terkejut dan melompat dari tidurnya sehingga lumpuhnya tak terasa lagi. Ketika sadar iapun terharu lalu menulis puisinya yang judul aslinya adalah “Kawaakib Ad Duriyyah” (Bintang-bintang gemerlap). Karena dengan peristiwa itulah puisi ini lebih dikenal dengan nama burdah.
Burdah terdiri dari 160 bait yang padat berisi tentang nasihat dan peringatan seperti soal cinta kasih, nafsu angkara, pujian kapada Nabi, kebesaran Al Quran, peristiwa Isra’ Mi’raj, semangat juang prajurit Nabi Muhammad SAW, doa-doa (Munajat-tawassul) serta sholawat pada Nabi, keluarga dan para sahabatnya. Burdah adalah satu-satunya bentuk puisi dalam khazanah kesusasteraan arab yang paling kuat bertahan,mudah dihafal dan banyak orang yang menghafalnya diluar kepala.
Dari segi kritik sastra puisi-puisinya berbobot dan banyak mangandung berbagai tanggapan dan mendapat tempat sebagai karya estetik yang memikat. Kalangan kritik sastra sepakat bahwa kumpulan syair burdah ini dipandang yang terindah sebagai puisi puji-pujian kepada Nabi dan penyairnya diakui sebagai perintis bentuk ini. Burdah telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa di timur: Turki, Persia, Urdu, Pashto, Swahili, Melayu dan Indonesia, juga kedalam beberapa bahasa di Barat. Mula-mula diterbitkan di Leiden berikut terjemahan latinnya, kemudian kedalam bahasa-bahasa Jerman, Inggris, Itali dan Perancis. De Sacy, seorang pengamat sastra Arab dari universitas Sorbone Perancis mengakui kelebihan-kelebihan karya sastra Imam Bushiri. Menurutnya sampai saat ini belum ada penyair kontemporer Arab yang dapat menirukan Burdah. Walaupun sebelum menulis puisi Burdah, Imam Al Bushiri telah menulis beberapa kumpulan puisi, namun namanya baru dikenal luas setelah karya Burdah ini.
Sekilas tentang Syekh Ali Al-Minyawi Nama lengkapnya Syekh ali Ahmed Mahmoud Al-Minyawi. Lahir di kota Minyawi, Mesir. Pada usia 9 tahun sudah hafal Al-Qur’an, sejak usia 25 tahun mulai berkeliling ke beberapa negara untuk memberikan ceramah-ceramah agama seperti Mesir, Lybia, Arab Saudi, Malaysia, Singapura dan Indonesia.
Ia pernah menjadi dosen di Universitas Al-Azhar Kairo. Tahun 1991 ia mengunjungi Indonesia, selama di Indonesia ia mengamati secara langsung bahwa lagu-lagu qosidah/irama padang pasir banyak digemari dan memiliki tempat tersendiri bagi orang indonesia. Karena kesulitan bahasa Indonesia, Syekh Ali Al-Minyawi memilih berdakwah melalui jalur seni. Pada tahun 1993 ia mulai membuat rekaman lagu-lagu Qosidah karyanya sendiri yang inspirasinya diambil dari kitab-kitab terkenal.
Ia hafal 1000 lagu Qosidah dalam bahasa arab serta ia berharap dapat bermanfaat bagi umat islam. Lagu-lagu dan syair dibawakannya dilantunkan dengan penuh penjiwaan. Berikut ini Saya lampirkan syair-syair karya ulama besar Imam Al-Bushiri dan disajikan dalam bentuk qosidah dengan sentuhan vokal yang khas Syekh Ali Al-Minyawi beserta Download MP3-nya.
Do’a Pembuka. Kutinggalkan sunnah Nabi yang sepanjang malam Beribadah hingga kedua kakinya bengkak dan keram Nabi yang karena lapar mengikat pusarnya dengan batu Dan dengan batu mengganjal Perutnya yang halus itu Kendati gunung emas menjulang menawarkan dirinya la tolak permintaan itu dengan perasaan bangga Butuh harta namun menolak, maka tambah kezuhudannya Kendati butuh pada harta tidaklah merusak kesuciannya Bagaimana mungkin Nabi butuh pada dunia Padahal tanpa dirinya dunia takkan pernah ada Muhammadlah pemimpin dunia akherat.